dirimu diriku

Saya mau bilang. Bahwa lingkungan, yah lingkungan. Adalah sesungguhnya cerminan siapakah dikau. Maka jika kau lihat mengecewakan, engkau boleh jadi sedang kecewa juga, kecewa akan keadaan dirimu. Jika kau lihat busuk, coba kau tengok dulu dirimu. Mungkin memang begitu juga diri.....mu!

-Pidi Baiq-

Kota apa Hutan?

Weits.. udah jam 10 aja. Hidup ini habis di kantor daripada di rumah. Dengan teramat amat sadar menghambakan diri ke hadapan kerjaan. Ini lembur ampe malam lagi dan dengan rela gak dibayar. Kurang rajin apa coba. Kurang kerjaan juga enggak. Kelebihan malah. kelebihan banyak. Mau protes? Janganlah. Hidup itu kalau kebanyakan protes jadi gak hidup. Dikit-dikit protes. Disuruh dinas gak dikasi SPPD protes. Disuruh lembur gak dikasi uang lembur protes. Gaji dipotong gara-gara lupa absen padahal jelas-jelas masuk kerja juga protes. Kantor jelek banyak sarang laba-labanya protes. Internet lelet protes. Tikus wara-wiri diprotes juga.

Coba itu kalau disuruh dinas gak dikasi SPPD pakai uang sendiri lah. Tabungan banyak kan. Gaji gede kan. Itu juga kalau lembur gak dikasi honor terima sajalah. Toh ngapain juga di kontrakan. Bosan juga kan akhirnya. Masih lajang juga. Itu apalagi kalau gaji dipotong gara-gara lupa absen. Anggap sajalah menyumbang ke negara. Kantor jelek juga kan masih nyewa. Bentar lagi dibangun kok colosseum yang di sebelah kantor tukang listrik itu. Palingan 10 tahun lagi lah. Gak lama kok. Internet lelet? Itu tiap hari bisa pesbukan ama twitter masih bilang lelet..? Pada akhirnya para tikuslah yang menemani kita kerja. Hargai mereka.


Hidup itu indah kok. Tergantung cara kita memandang. Betul kan? Ini Kota kan? Bukan Hutan..!

Mendadak Relijius

Mendadak rajin sholat. Mendadak pakai peci kemana-mana. Mendadak murottal di winampnya. Mendadak istigfar lafaznya. Mendadak Al-Quran pegangannya.


Tapi tetap busuk hatinya. Picik otaknya. jahat sikapnya.


Dia.

Leo Sotoy

Kita selalu menengadah ke langit. Menunggu Tuhan. Kita tidak sadar bahwa sebenarnya Tuhan yang menunggu kita. Dan memberi ganjaran atas perbuatan baik, ataupun jahat yang telah kita lakukan. Setimpal dengan pahala ataupun berkali-kali lipat sakitnya dosa.

*Tuhan tahu, tapi menunggu.

Kenyataan Fiksi

Saya mencintai kamu. Terimakasih telah datang di kehidupan Saya. Terimakasih telah membuat saya bahagia. Kamu telah ditakdirkan bertemu dengan saya. Membawakan perasaan berbunga-bunga itu ke saya. Membawa perasaan nyaman itu ke Saya. Saya mencintai kamu. Saya tidak tahu kenapa. Itu mengalir begitu saja. Tiba-tiba saja Saya sadar Saya mencintai kamu. Ini bukan matematika. Jangan kamu tanya kenapa. Saya mencintai kamu. Saya mencintai dia. tetapi saya mencintai kamu. Titik.

Saya mencintai kamu. Itu kamu katakan ketika kita ada di balkon depan kamar kamu. Menghabiskan entah sabtu malam yang ke berapa sejak kita bertemu. Saya mencintai kamu. Kamu ulangi lagi kata-kata itu. Saya tidak tahu kenapa kamu mencintai saya. Padahal kita sering bertengkar. Kita terlalu sering bertengkar. Apapun kita pertengkarkan. Saya yang suka protes karena lebih suka melihatmu memakai rok dibandingan celana. Ataupun kamu yang selalu protes dengan kumis Saya. Mengganggu. Disaat kita melepas rindu. Kata kamu.

Malam semakin malam. Dengan kamu mencoba tidur dan saya menemani di sisi peraduanmu. Hingga dirimu terlelap. Saya kecup keningmu serta saya nyanyikan sebuah lagu. Untuk dia.
Dan saya berlalu dari kamarmu.  Dan saya berlalu dari hatimu.

Saya tetap tidak mencintai kamu.



*terinspirasi oleh 'early express'nya Lipstik Lipsing dan Novel Jombo di adegan ketika Doni menemani Asri tidur sambil menyanyikan sebuah lagu.

galau


Malam ini galau. Galau malam ini. Semua galau. Ada yang kangen rumah, ada yang kangen ortu, ada yang kangen pacar, ada yang kangen istri. Ini galau ditemani kari kambing. Di temani ikan bakar gak matang. Di temani petikan gitar bang Zack. Ini rame sama Mas Gil, sama repli, argado, udin, aan. Ini kita di kantor. Bukan lembur. Bukan kerja. tapi galau. hah.. Galau di kantor. Macem gak ada tempat lain aja. Ini nyanyi-nyanyi. Di antara cubicle usang. Di warnet (*baca kantor) usang. Alhamdulillah kemaren gempa gak roboh. Atau sayang sekali malah yah. Besok libur? Enggak. sapa bilang besok libur. . Besok kerja. Besok ketemu lagi sama SPT. Aduh. Masih ada 2700an lagi. Pusing.
.
.
Ah.. Galau men galau..
Kangen Medan.

Mari mendengarkan Laluna

Ini sebenarnya ingin Saya tulis tengah malam tadi. Tetapi berhubung mata Saya tadi malam sangat bisa diajak kompromi tidak seperti biasanya, maka Saya memilih apa yang diinginkannya.

Ini Saya lagi bahagia. Bahagia kenapa? Kalian tidak perlu tahu. Soalnya gak ada gunanya untuk kalian. Soalnya hanya berguna bagi Saya. Yang penting kalian-kalian itu tahu Saya lagi bahagia.

Ini Saya lagi bahagia. Tapi maaf bahagianya buat Saya saja. Saya gak berniat berbagi tu ke siapa-siapa.

Ini Saya lagi bahagia. Sama dia. Berdua saja.

Berbunga - bunga.