Belajar melepaskan

Apa kabarmu ? Sehatkah ? Bagaimana harimu ? Apa yang membuat kamu tersenyum hari ini ? Capek yah ? Mau dipijitin kakinya ? Ah, Saya bernyanyi saja. Seperti biasa. Mengiringi dirimu agar tertidur. Seperti biasa. Jangan takut, ketika kamu terbangun di tengah malam nanti. Saya akan tetap bernyanyi. Saya akan tetap di sisi. Biru. Kamu suka kan lagu itu. Atau White Lion. Ah. Kita sering duet menyanyikan till death do us part yang kita anggap legendaris itu. Saya akan terus bernyanyi. sambil memandang wajahmu. seperti biasa. Hobi Saya. memandang wajahmu. Sambil mendengar ceritamu. Dan Saya hanya akan diam. Mendengar dengan khusyuk cerita-cerita ajaib tentang keseharianmu. Masih dengan memandang wajahmu.

Hei kamu. Sampai sekarang kamu masih berlari-lari di kepala Saya. Sesekali mengganggu nyenyaknya malam Saya. Ohya, kamu tahu kan Saya benci mimpi. Saya benci ketika Saya bermimpi. Kamu pasti masih ingat tentang mimpi buruk yang pernah Saya ceritakan. Yang kamu bilang itu tidak akan pernah mungkin terjadi. Kamu salah kan ? Itu terjadi kan ? Itulah kenapa Saya benci mimpi. Ketika Saya bermimpi buruk, saya takut itu akan menjadi kenyataan. Dan ketika bermimpi yang indah-indah, ketika bangun akan sangat menyakitkan menyadari kalau itu semua hanya mimpi. Apalagi ketika kamu ada di mimpi Saya. Saya benci itu. saya benci memimpikan dirimu. Karena ketika Saya bangun Saya harus menerima kenyataan bahwa kamu hanya mimpi. kamu hanya ada di mimpi. Cuma itu yang kamu kasi ke Saya.

 Saya tidak akan melepaskan dirimu sebelum dirimu melepaskan Saya. Bukankah dulu kita pernah membahas ini. Dan ketika saat itu, ketika waktu itu. Pada akhirnya kamu memilih untuk melepas Saya. Sudah seharusnya juga saya melepas kamu. Tapi sulit. Serius. Sulit sekali untuk melepaskan kamu. Saya harus belajar. sampai sekarang pun Saya masih belajar. kepala Saya tidak mau menuruti Saya. Sesekali dia memunculkan gambar kamu. Membunyikan suara kamu. Ketawa kamu yang lepas. Cemberut kamu yang lucu. Nyanyian kamu yang.. errr... sebaiknya kamu jangan bernyanyi. Saya saja yang nyanyi. kamu mendengarkan saja. 

Hei kamu. Ini semua tentang kamu. hanya kamu. Meskipun tidak setiap saat, namamu sesekali terselip di doa Saya. ketika Saya berdamai dengan Tuhan. Ketika Saya ngobrol dengan Tuhan. Saya tidak tahu Dia akan mendengarkan atau tidak. Saya sering tidak akur dengan-Nya. Saya sering melawan perintah-Nya.

Kamu tahu. Saya tidak tahu kenapa Saya tulis ini semua. Mengalir begitu saja. Ada di kepala Saya. Ada di hati Saya. menulis ini sambil memandang wajahmu di depan saya. Saya sudah bilang kan tadi kepala Saya sering nunjukin wajah kamu. Sampai sekarang Saya masih belajar untuk melepaskan kamu. Semua tentang kamu. Ah, Saya rindu. Sama kamu.
.
.
.
.
.
.
.
.
p.s: happy birthday.