kotor itu baik. Konyol itu tak baik.

Pagi-pagi sekali Saya sudah dibangunkan oleh Ibu Saya. Disuruh beli madu. Perlu diketahui. Keluarga Saya adalah penggemar berat madu. Jadi bisa dipastikan konsumsi madu di rumah Saya diatas rata-rata. Oleh karena itu pergilah Saya beli itu madu. Yang penjualnya agak jauh dari rumah. Pergi Saya dengan Vespa kesayangan Saya. Yang lampu sein belakangnya baru saja pecah karena tertabrak tukang becak sialan kemarin. Pergi Saya beli itu madu dengan kaus oblong dan celana kolor. Tanpa mandi. Tanpa cuci muka. Tanpa sikat itu gigi. Oh kenapa pagi ini dingin sekali. Saya menggigil sepanjang perjalanan.

Sampai ke tempat itu jualan madu. Tutup. Saya panggil-panggil nenek sang penjual madu. yang biasa melayani pembeli kalau ingin membeli madu. Terdengar suara dari arah dapur. Bergegas Saya ke pintu dapur. Oh, Si Nenek ternyata teriak-teriak dari kamar mandi. Si nenek lagi mandi. Saya disuruh tunggu sebentar. Menunggulah Saya di bangku. Bangku di depan pintu dapur. Sendirian. Tanpa teman. Pakai kaos. Celana kolor. Tidak cuci muka, belum mandi, belum sikat itu gigi. Tak lama menunggu ada yang datang. Cewek cakep turun dari motor. Berjalan pelan ke arah Saya. Tersenyum. Saya pun balas tersenyum. Ketika sampai di depan Saya Dia berkata" Apa kabar..?" dan masih tersenyum kepada Saya. Ah, Saya mengenalinya. Rini namanya. Gebetan Saya waktu SMP dulu. Cantik sekali Dia sekarang. Menyesal Saya dulu mutusin Dia. "Apa kabar Bang ? Kok diam saja ?" Dia ulangi pertanyaannya. Saya jawab "Baik. Kamu apa kabar Rin. Lama sekali kita tidak bertemu." Dan obrolan pun berlanjut selama beberapa saat kemudian. Ah. Saya jadi menyesal kenapa datang dengan sangat mengenaskan pagi ini. Ternyata oh ternyata sang nenek si penjual madu masih saudara dekat dengan si Rini. Tak lama si Nenek pun keluar membawa sebotol madu. Dan hanya memakai handuk. Saya hanya senyum-senyum malu-malu kucing saja melihat si nenek dengan outfit seperti itu. Dan tiba-tiba saja ketika si Nenek asyik memasukkan itu botol ke dalam plastik. Si handuk dengan isengnya melepaskan diri. Saya pun menjerit. Si nenek pun menjerit. Dan si Rini pun menjerit. Cepat-cepat Saya bayar itu madu. Dan cepat-cepat Saya pulang naik itu Vespa.

Tuhan. Bukan Saya punya maksud untuk itu liat-liat apa yang seharusnya tidak dilihat. Sungguh. Engkau Maha Tahu Segala Tahu.


Ah. Saya lupa tanya itu no Hp si Rini. Ah. Saya lupa itu nama lengkapnya si Rini. Dan, Ah. Saya tidak tahu dimana rumah itu si Rini.

Kacau.